Kelompok 6
Anggota :
Konsep : BELAJAR SAMBIL BERMAIN
A. Pendahuluan
Latar
Belakang
Guru ataupun
pengajar memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dan perlu diperhatikan
secara serius. Tidak hanya ilmu dan pengetahuan yang dilihat dan dipelajari
seorang murid terhadap gurunya, namun sikap dan moral juga akan dicontoh oleh
murid. Mengajar bukanlah suatu kegiatan yang mudah, hal ini memerlukan
pengetahuan dan praktik mengajar yang baik.
Ilmu
Paedagogi sangat diperlukan untuk menjadi pedoman dalam mengajar. Dalam
Paedagogi, mengajar bukan hanya sebatas memiliki ilmu dan menyampaikan ilmu
tersebut, namun terdapat seni Paedagogi untuk mengajar. Perlu diperhatikan juga
cara menyampaikan ilmu tersebut, interaksi, improvisasi, dan ekspresi. Intinya,
kegiatan pembelajaran sesungguhnya merupakan kombinasi antara ilmu dan seni.
Selain itu,
tidak hanya mempelajari teori Paedagogi, namun harus mengetahui dan mempelajari
praktik Paedagogi. Dengan kata lain, tidak sekadar harus dipahami, melainkan
juga mengetahui bagaimana cara mengaplikasikannya. Paedagogi dapat
memfasilitasi dan menjadi pedoman bagi calon guru dan juga guru ataupun
pengajar.
Hal ini
berhubungan dengan konsep micro teaching, dimana Micro berarti
kecil, terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik atau menajar. Micro Teaching
berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau
disederhanakan. Hal ini memberikan kesempatan bagi pengajar untuk melatih
kemampuan interaksi nya dengan murid dan juga sarana untuk mempersiapkan diri dalam
menghadapi pengajaran yang lebih kompleks yaitu kelas yang sebenarnya.
Disinilah kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu menjadi seni mengajar dan
mempraktikkan teori yang telah dipelajari.
Pelajaran
yang diajarkan dalam kegiatan micro teaching ini adalah bahasa
Inggris. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada zaman yang serba canggih ini, bahasa
Inggris merupakan salah satu bahasa yang sangat penting. Sebagian besar alat
elektronik seperti komputer, ipad, dan lain sebagainya juga
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa perangkatnya. Bahasa
Inggris adalah world language yang dapat digunakan hampir di
seluruh dunia. Sangat banyak keuntungan yang dapat diperoleh jika dapat
menguasai bahasa Inggris, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Termasuk
ketika searching di dunia maya, sangat banyak artikel, karya
ilmiah, ataupun hasil penelitian yang ditulis dalam bahasa Inggris yang dapat
menambah wawasan kita.
Anak-anak
diharapkan mempunyai kesempatan mempelajari bahasa internasional ini sejak
dini. Jika sejak kecil sudah dipelajari, maka akan menjadi bekal yang sangat
berguna baginya setelah dewasa. Oleh sebab itulah, pelajaran yang diberikan
dalam kegiatan micro teaching ini adalah bahasa Inggris.
Tingkat kesulitan yang diberikan juga disesuaikan dengan kemampuan mereka.
Tujuan pelaksanaan micro teaching ini salah satunya adalah
agar anak dapat lebih termotivasi lagi untuk belajar bahasa Inggris setelah
mereka mengetahui pentingnya bahasa Inggris untuk masa depan mereka.
Tujuan :
1. Agar
anak-anak mendapatkan vocabularies baru dalam bahasa Inggris
2. Anak-anak
diharapkan mampu serta berani tampil dan berbicara di depan kelas
3. Dari
kegiatan bermain game, diharapakan anak-anak mampu mencerna dan mengungkapkan
manfaat dari bermain game tersebut.
Manfaat :
1. Memberikan
materi tambahan pelajaran bahasa Inggris selain yang telah mereka dapatkan di
sekolah
2. Melatih
kekompakan dan bekerja sama dalam tim.
B. Landasan
Teori
- Paedagogi Praktis
Penting untuk
kita ketahui bahwa Paedagogi bukan hanya sekedar memahami pengertiannya, namun
juga bagaimana pengaplikasiannya. Hal inilah yang melahirkan apa yang
disebutkan sebagai Paedagogi Praktis. Salah satu fungsi penelitian paedagogis
adalah untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan,
membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi paedagogi. Tujuan ini
melahirkan paedagogi praktis.
The
application on our micro teaching activity
Kita semua
telah mengetahui bagaimana keberadaan paedagogi itu, sekarang tinggal bagaimana
kita mengaplikasikannya. Ada beberapa pengaplikasian berdasarkan unsur
paedagogis dalam kegiatan microteaching yang kami lakukan.
Sebagai contoh bagaimana kami sebagai tim pengajar membentuk sebuah konsep
mengajar kepada anak-anak agar mereka memahami materi ajar. Dalam hal ini, kami
mengadakan beberapa tahapan untuk dapat memahami beberapa pekerjaan dalam
bahasa Inggris. Kami memulai dengan:
1. Menunjukkan media ajar : Media ajar dalam artian kami sengaja
menyiapkan gambar pendukung. (cth: gambar seorang pilot kemudian
pada bagian bawah tertera bahasa Inggris dari Pilot yakni PILOT).
2. Memberikan contoh cara membaca : Kami kemudian membacakan dengan
jelas dan tegas bagaimana kata “PILOT” dalam bahasa Inggris dibacakan.
3. Mengajak peserta didik untuk mengulang bagaimana cara
membacakan kata “PILOT”
4. Meminta peserta didik untuk mengeja ke dalam bahasa Inggris.
Tahapan ini
kami lakukan karena penting untuk menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik,
agar tidak juga terlalu cepat dalam memberikan bahan ajar dan juga tidak
terlalu lambat sehingga peserta didik mampu memahami dan mengingat untuk
selanjutnya.
- Prinsip-prinsip
Proses Paedagogis
Beberapa
prinsip-prisip Paedagogis adalah:
1. Kesatuan
karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis (Addine, 2001), dalam
artian bahwa setiap proses paedagogis harus terstruktur. Seperti apa yang telah
kami lakukan, bahwa kami membagi proses mengajar kami menjadi 3 bagian yakni:
·Ice breaking
atau pengenalan
Dalam bagian
ini kami masing-masing sebagai pendidik memperkenalkan diri kemudian juga kami
meminta para peserta didik untuk memperkenalkan diri mereka. Kami juga
menanyakan bagaimana ketertarikan mereka terhadap pelajaran Bahasa Inggris,
bagaimana nilai yang mereka peroleh di sekolah untuk setiap mata pelajaran
Bahasa Inggris, dll. Hal ini kami lakukan tentunya dengan maksud agar antara
kami sebagai pengajar dan para peserta didik dimulai dengan sesuatu yang ringan
sehingga untuk proses selanjutnya akan menjadi lancar.
·Memasuki
materi ajar
Bagian yang
kedua ini sudah kami mulai dengan materi ajar. Dimana kami mulai dengan
menunjukkan media ajar (gambar), kami membacakanpronunciation atau bagaimana
cara pelafalan kata-kata dalam bahasa Inggris, kemudian meminta peserta didik
untuk mengeja, selanjutnya meminta mereka untuk menuliskan kalimat menggunakan
kata-kata yang sudah dipaparkan sebelumnya. Peserta didik yang aktif (yang
mampu menjawab, mau menulis kalimat di papan tulis) kami berikan bintang
sebagai penghargaan.
·Penutup
Pada bagian
ini kami mengadakan games, nah ini adalah hal yang paling dinantikan oleh
peserta didik kami. Games kami berikan untuk membukakan suatu pelajaran bagi
mereka. Pada akhir dari games, kami meminta beberapa anak untuk memberikan
pendapat mereka mengenai pelajaran apa yang mereka dapatkan melalui games yang
kami berikan (dalam hal ini games yang kami berikan adalah estafet karet) dan
para peserta didik banyak memberikan pendapat dimana games ini mengajarkan
mereka untuk mengontrol emosi mereka, mengikat kebersamaan, kesabaran, dsb
hingga pada bagian akhir kami mengucapkan terima kasih atas partisipasi para
peserta didik pada hari itu.
2. Adanya
kekhususan atau karakteristik yang berbeda pada setiap anggota yang memiliki
hak untuk dipertimbangkan dan dihormati
Dalam proses
micro teaching yang kami lakukan, terdapat beberapa anak yang sangat aktif dan
bahkan ada yang sangat pemalu. Kami tentunya berusaha untuk memberikan
taktik-taktik tertentu. Misalkan untuk anak yang sangat aktif, kami tidak
menutup kesempatan untuk mereka mengutarakan jawaban atau komentar mereka namun
pada sesi yang lain kami juga membatasi si penjawab dengan maksud agar anak
lain yang belum menjawab juga mempunyai kesempatan untuk menjawab. Sedangkan
untuk anak yang sangat pemalu, kami secara khusus sering menyebut nama mereka
untuk menjawab atau sekedar memberikan komentar, terkadang kami juga perlu
usaha yang extra untuk meminta mereka menjawab seperti
membujuk mereka, mendekati kursi mereka dan meminta mereka menjawab, atau
sekedar membisikkan kepada mereka kata-kata semangat kalau mereka juga mampu
seperti anak-anak lain untuk menjawab pertanyaan tersebut.
3. Istilah
pendidik dan pengajar tidak dapat dipertukarkan tetapi saling melengkapi
Prinsip ini
mengarah kepada pengertian bahwa ketika seseorang menempuh pendidikan, maka ia
harus menjalani proses pembelajaran yang baik.
4. Proses
paedagogis menggamit prinsip bahwa domain kognitif dan afektif tidak bisa
berada dalam suasana yang kering
Hal ini
berarti bahwa proses paedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan
hubungan antara kondisi manusia. Jadi seorang peserta didik mungkin saja
mempunyai pemahaman sendiri bagaimana dunia di sekitarnya dan dunianya sendiri
sehingga pemahaman inilah yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana mereka
bertindak serta merasakan sesuatu.
5.
Masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi dan kepribadian saling terkait
satu sama lain.
-Paradigma
Belajar
Paradigma
adalah cara yang diterima untuk melihat dunia, yang tumbuh dari
pertanyaan-pertanyaan , pengamatan, dan analisis dari berbagai bentuk usaha
ilmiah. Paradigma guru yang berbeda-beda membuat strategi yang dibuat oleh guru
juga berbeda. Pembelajaran akan menjadi lebih efektif ketika guru telah
benar-benar memahami proses belajar oleh murid dan guru telah mempersiapkan
strategi dalam mengajar. Lima strategi mengajar yaitu:
1. Pelatihan dan
pelatihan lanjut
Yaitu
mengembangkan keterampilan dasar dan lanjutan dengan tujuan yang jelas dan
melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah tertentu yang telah disusun.
2. Ceramah dan
menjelaskan
Yaitu
mengajar murid dengan cara yang mudah dipahami dan diingat oleh murid.
3. Mencari dan
menemukan
Yaitu
keterampilan berpikir dan berusaha untuk melakukan pemecahan masalah secara
kreatif.
4. Kelompok dan
tim
Yaitu antara
anggota saling berbagi informasi dan bekerja sama dengan baik.
5. Pengalaman
dan refleksi
Yaitu mendorong
siswa mengaplikasikan pelajaran yang telah didapatkan dalam lingkungan
sehari-hari.
Kelima
strategi tersebut berguna untuk mengorganisasi kegiatan pembelajaran. Melalui
strategi ini, diharapkan guru dapat menjadi lebih efektif lagi dalam melaksanakan
tugasnya
Penerapan:
1. Pengajar yang mengajarkan bahasa Inggris harus terlebih dulu
menguasai bahasa Inggris, kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan bahan yang
sesuai untuk anak-anak yang akan diajar. Bahan yang diajarkan juga disusun
secara sistematis, mulai dari membaca vocabulary (kosakata), spelling
(mengeja), memberitahu meaning (arti), serta penerapannya dalam sentence
(kalimat).
2. Pengajar menjelaskan sesuai urutan dan murid juga diajari cara
mengingat dengan mudah. Misalnya, artist (seniman) berasal dari kata
dasar art yang artinya seni.
3. Murid diminta untuk mencari kata dasar lainnya yang dapat
dijadikan occupation (pekerjaan), misalnya kata teach (mengajar)
ditambahkan akhiran “er”, menjadi teacher (guru). Setelah bermain game
murid diminta untuk mengutarakan apa yang dapat dipelajari dari permainan
tersebut, dengan tujuan mengembangkan keterampilan berpikir murid
4. Antara pengajar yang satu dengan lainnya saling berkoordinasi dengan baik sehingga masing-masing sudah mengetahui kapan gilirannya untuk maju ke depan.
4. Antara pengajar yang satu dengan lainnya saling berkoordinasi dengan baik sehingga masing-masing sudah mengetahui kapan gilirannya untuk maju ke depan.
5. Siswa dimotivasi untuk menggunakan kosakata yang telah dipelajari
ketika ngobrol dengan temannya.
C. Alat
dan Bahan
Dalam
melakukan microteaching ini, adapun alat dan bahan yang kami perlukan yaitu :
1. Gambar (alat peraga)
2. White Board dan Spidol
3. Kamera digital
4. Sedotan
5. Karet gelang
6. Bintang dari kertas
7. Beberapa hadiah (reward)
D. Peserta
Yang akan
menjadi peserta dalam kegiatan microteaching ini adalah
anak-anak sekolah minggu di Gereja Katolik Santa Maria Ratu Rosario (Jl. Binjai
Km 8,5), yang berjumlah 10 anak.
E.
Jadwal Kegiatan
F. Biaya yang Dikeluarkan
Reward
Bolu
Laminating
Tissue
|
Rp. 13.500,-
Rp. 32.000,-
Rp. 35.000,-
Rp. 2.750,-
|
Total
|
Rp. 83.250,-
|
G. Laporan
Microteaching
yang telah dilaksanakan oleh kelompok kami berjalan lancar. Mulai dari
perancanaan hingga pelaksanaan. Adapun hasil yang dapat kami sampaikan selama
microteaching adalah anak-anak merupakan individu yang sangat pemalu ketika
bertemu dengan orang yang baru ia kenal. Namun setelah saling mengenal beberapa
saat mereka akan sangat bersemangat dan enerjik. Seperti yang kami alami ketika
melaksanakan microteaching, pada awalnya untuk meminta mereka mengenalkan diri
di depan kelas saja sangat sulit. Namun kami terus berusaha mendekatkan diri
dengan mereka dengan melakukan icebreaking di awal pertemuan agar suasana
mencair seperti bernyanyi bersama, menanyakan latar belakang pendidikan mereka,
sudah sampai mana mereka mempelajari bahasa Inggris karena itu merupakan bahan
ajar kami selama microteaching.
Setelah
melakukan icebreaking, kami mulai memasuki sesi belajar. Mereka mulai
bersemangat merespon kami. Setiap ada pertanyaan mereka berebut menjawabnya
walaupun masih ada beberapa yang masih malu-malu. Kemudian kami mulai memancing
semangat mereka lagi dengan memberikan reward setiap jawaban pertanyaan benar
atau berani mempraktekkan percakapan bahasa Inggris di depan kelas.
Selesai sesi
belajar, kami memasuki sesi akhir yaitu game. Sepertinya ini merupakan sesi
favorit mereka dan yang paling ditunggu-tunggu. Mereka sangat bersemangat
hingga kelas menjadi kurang kondusif pada awal sesi ini. Namun kami berhasil
menanganinya hingga game ini berjalan mulus dan menyenangkan.
Akhirnya
micro teaching pun selesai. Kami memberikan reward seadanya pada adik-adik
peserta microteaching sebagai rasa terima kasih kami pada mereka yang telah mau
meluangkan waktu untuk bersedia menjadi peserta microteaching ini. Kemudian
ditutup dengan salam-salaman.
Dari
praktiknya, kami telah mencoba melakukan pedagogi praktis yang menjadi salah
satu dasar kami dalam melakukan microteaching ini. Kemudian kami melakukan
beberapa prinsip pedagogis seperti membuat materi yang terstruktur mulai dari
pengenalan hingga akhir sesi yang berhubungan dengan bahasa Inggris. Kami juga
telah berusaha menjadi komunikator yang baik agar peserta dapat mengerti dan
mengikuti microteaching sesuai dengan apa yang diharapkan jika dihubungkan
dengan landasan teori yang digunakan.
H. Evaluasi
Dari
perencanaan hingga pelaksanaan microteaching ini memang ada banyak yang tidak
sesuai harapan. Seperti pelaksanaan yang telah direncanakan dilakukan di minggu
pertama april harus bergeser ke minggu ketiga april tepatnya seusai ujian
tengah semester. Ini terjadi karena anggota kelompok sibuk dengan persiapan
menghadapi ujian hingga kami sepakat melakukan pelaksanaan seusai ujian. Karena
pengunduran pelaksanaan, berimbas juga pada pengolahan hasil microteaching,
edit video, dan lain-lain. selain itu, peserta didik pada awalnya adalah siswa
tk menjadi anak sekolah minggu salah seorang anggota kelompok. Pertukaran
terjadi karena sudah adanya kepastian dari anak-anak sekolah Minggu ini,
sehingga kami tidak perlu membuatkan surat izin lagi dari kampus. Tapi dari
pelaksanaannya tidak ada kendala yang menghambat prosesnya seperti yang telah
dikemukakan pada bagian Laporan. Berikut ini adalah perubahan jadwal yang
terjadi dalam pelaksanaan.
No.
|
Kegiatan
|
Waktu
|
1.
|
Diskusi Perencanaan
|
2 April 2012
|
2.
|
Revisi Perencanaan
|
9 April 2012
|
3.
|
Microteaching
|
20 April 2012
|
4.
|
Posting Hasil
|
30 April 2012
|
I.
Testimoni
Dede
Suhendri
Seru dan
melelahkan! Seru mengajar anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Anak-anak yang
kami ajarkan juga aktif, sehingga proses belajar mengajar pun sangat
menyenangkan. Memberi reward jika menjawab dengan baik dan benar, bernyanyi,
bermain games, seru deh pokoknya. Melelahkan, karena perjalanan jauh,
mempersiapkan apa yang perlu dipersiapkan, ngajarnya sore hari, pulang malam
hari. Hehehe..
Yoseva
Okta Marini
Menurut saya
, kegiatan microteaching ini sangat menantang dan menyenangkan pastinya. Adapun
yang menjadi partisipannya adalah anak sekolah minggu digereja saya dimana saya
yang menjadi pembina mereka. Jadi mereka sudah akrab tentunya dengan saya, dan
saat belajar pun mereka tidak terlalu kaku dan tegang. It’s Fun
Vera
Gandhi
Kalau tidak
ada kegiatan micro teaching, sepertinya aku akan melewati mata kuliah paedagogi
ini dengan hanya teori saja yang terisi di kepala, yang mungkin juga akan
kulupakan di semester berikutnya. Hehe.. Melakukan kegiatan ini memberikan
kesempatan kepada kami untuk membuat teori yang telah dipelajari menjadi
berguna. Esensi ketika teori tersebut hanya dibaca saja dengan saat teori
tersebut akan diaplikasikan, terasa sangat berbeda. Pada awalnya terasa sedikit
sulit mencari cara bagaimana menerapkannya, apalagi ada beberapa bagian dari
teori yang agak susah dimengerti. Tetapi dengan adanya diskusi kelompok dan
setiap orang berusaha menyumbangkan ide-idenya, akhirnya kami dapat
merampungkan aktivitas ini dengan sukses. =D
Reza Indah
Pribadi
Banyak hal
yang saya rasakan ketika melakukan microteaching ini. Mulai dari perencanaan
konsep yang harus dibuat dengan hati-hati hingga pelaksanaan yang melelahkan
namun seru. Perencanaan kami lakukan dengan penuh pertimbangan agar tetap dapat
dilakukan dalam konteks teori dalam pedagogi. Tidak sembarangan, begitulah
singkatnya. Merencanakan semuanya mulai dari siapa yang akan diajar, konsep,
jadwal, urutan teaching, apa yang akan diajarkan, reward yang diberikan, dan
lain sebagainya. Itu semua dilakukan dalam diskusi berkali-kali. Bagian
pelaksanaan merupakan bagian yang paling dinanti tentunya. Ada sekitar 10 orang
anak dengan latar belakang pendidikan mulai dari sd hingga smp. Tentunya ada
banyak juga sifat-sifat mereka yang harus dihadapi selama proses pengajaran.
Ada yang pemalu, nakal, cerewet, dan berani. Sudah menjadi tugas kami untuk
dapat mengajar dan mengaplikasikan teori pedagogi dalam keberagaman tersebut.
Itulah yang menjadikannya menarik dan tidak membosankan. Ketika menghadapi anak
pemalu kami harus bisa memotivaisnya untuk berani tampil ketika diminta atau
hanya sekedar memberi pendapatnya. Untuk anak yang cerewet dan berani kami
berusaha memberi kesempatan untuknya mengeluarkan sifatnya itu seperti
memintanya bercerita di kelas. Walaupun pada awalnya suasana masih kaku, kami
berusaha mengadakan ice breaking agar mereka merasa nyaman selama proses
microteaching berlangsung. Akhirnya mereka merasa cukup nyaman dan aktif
sehingga membuat kelas tidak membosankan dan menarik untuk diajari.
Olga
Septania
Microteaching
yang kita adakan kemarin merupakan kegiatan yang sangat menarik. Awalnya saya
berpikir kalau kegiatan ini akan sangat mudah untuk dijalankan, ternyata pada
kenyataanya berjalan sedikit kompleks. Kemarin kami mengajar sekita 10-12 orang
anak-anak dari kelas 1 SD-1SMP. Begitu banyak jenis kepribadian anak-anak yang
kami ajar, mulai dari yang sangat berani sampai kepada anak yang sangat pemalu.
Ada yang sangat suka untuk menjawab pertanyaan (kalau perlu semua pertanyaan
ingin dijawabnya) tetapi ada yang lebih memilih untuk duduk diam sambil terpaku
dengan penjelasan kami. Kegiatan microteaching ini merupakan kegiatan yang
sangat menantang, kami ditantang untuk menjadi pengajar yang mengerti bahan
ajar dan bagaimana kami mentransformasikan ilmu kepada peserta didik. Kami
ditantang juga untuk dapat berimprovisasi saat berada di kelas, ada kalanya
peserta didik ingin diberikan stimulus yang lain (lain dari yang kami ajarkan)
sehingga kami perlu memikirkan stimulus lain agar mereka merespon. Kegiatan
kemarin sangat melatih kami menjadi pengajar yang bijak, kami berusaha untuk
tetap terstruktur juga harus berusaha agar tetap fleksibel dengan keadaan
kelas. Kegiatan yang sudah kami rencanakan dari awal hingga akhir berjalan
cukup lancar, tidak banyak hambatan yang membuat kami putus asa. Overall saya
sangat beruntung pernah menjadi bagian dari kegiatan microteaching ini, saya
belajar bahwa dalam mentransformasikan sebuah ilmu tidak diharuskan untuk
menjalani suatu proses yang sangat kompleks dan menyulitkan tetapi cukup dengan
cara yang sederhana namun tujuan yang tercapai yakni agar peserta didik
mengerti dengan bahan ajar namun walaupun kemasan atau proses pengajaran yang
sederhana.
Rosa
Mentari Putri
3 kata yang
bisa menggambarkan kegiatan micro teaching yang telah dilakukan
kemarin : pengalaman, tantangan, dan pembelajaran. Hal ini tentu saja menjadi
pengalaman yang sangat sangat sangat berharga untuk saya. Kegiatan ini adalah
pengalaman pertama saya dalam mengajar secara formal walaupun tetap dalam
suasana santai. Hal ini juga menjadi tantangan dalam menaklukan hati anak-anak
yang beraneka ragam, ada yang manis, pintar, aktif, maupun pasif. Tantangan
dalam mencari cara agar mereka lebih aktif dan dapat menerima pelajaran dengan
baik. Dan hal ini menjadi pembelajaran agar ketika mengajar dilain waktu
menjadi lebih baik, dan telah mengantongi beberapa taktik mengajar yang
sepertinya disukai anak-anak. Hehehe.
J.
Dokumentasi Video
melihat rancangan kegiatan yang terstruktur buat sasa jadi kembali berfikir dan melihat kembali rancangan kegiatan kami, dan ternyata kelompok kalian lebih baik dari kelompok sasa. membaca tiap-tiap baris dari laporan mudah untuk dimengerti, namun ketika membaca pada bagian evaluasi dan testimoni, ada pernyataan bahwa kalian mengajar anak-anak yang berbeda latar pendidikan yaitu sd-smp, ini memimbulkan pertanyaan dibenak sasa, apakah materi yang kelompok samapaikan sama untuk setiap tingkatan atau berbeda? bisa dijelaskan, karena melihat dari perencanaan, tentu itu merupakan materi untuk tingkat anak TK. apakah cocok untuk mereka yang tingkatnya lebih tinggi. bagaimana cara kelompok menghadapi kendala ini? apakah tetap melakukan micro teaching sesuai dengan rencana, atau adakah yang berbeda? terimakasih sebelumnya :)
BalasHapusselamat malam sasa terimakasih untuk masukan dan pujiannya hehe ;) kebetulan hal yg sasa bingungkan jg sempat menjadi pertanyaan trsendiri buat kami dlm melakukan microteaching, bagaimana mungkin kami mengajar topik yg sama trhadap anak2 dri kelas2 yg berbeda. tetapi kemudian kami mempertimbangkan bahwa utk mempelajari bahasa inggris itu dpt dimulai dri usia dan kelas berapapun trmasuk utk belajar kosakata (dlm hal ini occupation) kemudian bagaimana pelafalannya, mengeja dan artinya. kalau sasa mengatakan kalau materi ini lebih mengarah kpd materi utk anak tk, saya kurang begitu setuju karena dlm pengaplikasiannya utk bahasa inggtis konteks mengeja, membaca, hingga melakukan conversation dimulai pada anak2 krlas SD ..Dan memang ketika kami mengadakan konsep mengeja, membaca, dan mengadakan conversation pda anak2 trsebut byk sekali yg excited dan memperoleh kosakata yg baru. dan thankyou sasa semoga kita bisa saling berbagi informasi dari blog kita masing2
Hapusrevisinya da mantapppp..! btw,boleh tanya balik pertanyaan olga yang mengenai idealnya jumlah peserta didik micro teaching. kira2 itu berapa idealny ya?? hahaha :P
BalasHapusselamat malam raja, apa kabar? beruntung bisa membahas hal itu di sini, krn kbtulan hal itu lah yg kmrin saya tanyakan di kls. berdasarkan sumber yg saya peroleh bhwa brdsrkan konsep micro teaching berarti mulai dri bahan ajar yg disederhanakan, waktu yg disederhanakan, sampai kpd jumlah peserta ajar yg disederhanakan. jumlah yg ideal utk microteaching brdsarkan sumber yg saya percaya adalah sebanyak 5-10 org. sekedar menambahkam bahwa dlm perencanaan kami merencakan ada sebyk 10 org anak yg akan kami ajar nah raja bisa membca sumber yg saya percaya tdi di http://nurhasanahworld.files.wordpress.com/2012/02/kelas-micro-teaching-faridah-nurhasanah.pdf
Hapus