Kesan saya terhadap Mata Kuliah Paedagogi ini adalah saya sangat senang sudah menjadi bagian dalam mata kuliah ini, karena benar pertanyaan Bu Dina bahwa ketikapun buku Paedagogi utk mata kuliah ini sangat kecil dan tipis, apakah mungkin kami juga harus mendapatkan sedikit? pertanyaan ini belakangan membuat saya berpikir, dan pada akhirnya saya mendapatkan jawabannya bahwa ternyata buku yang kecil dan tipis tidak menjadi tolak ukur bahwa kami juga akan mendapatkan sedikit, kami juga mendapatkan banyak hal dari kami menjalankan praktik, menganalisa buku, dan memberikan pendapat ketika ditanyakan oleh Bu Dina sebagai dosen pengampu mengenai beberapa teori berkaitan dengan Paedagogi. Inilah yang membuat saya menjadi senang bisa menjadi bagian dari mata kuliah ini.
Pesan saya untuk mata kuliah ini adalah semoga di periode selanjutnya Mata Kuliah ini lebih banyak lagi menghadirkan beberapa praktik lapangan agar kami semua semakin mendalami dan meresapi beberapa teori yang mungkin tidak dapat dicerna hanya dengan membaca tetapi juga dapat kami pahami melalui praktik lapangan. Sejauh ini juga segala sesuatu sampai kepada kontrak kuliah juga sesuai dengan yang ada pada proses perkuliah Mata Kuliah Paedagogi. Saran saya terhadap Mata Kuliah Paedagogi adalah semoga di periode selanjutnya Mata Kuliah ini juga lebih memberikan rekomendasi buku-buku bacaan sebagai tambahan bacaan bagi mahasiswa. Sekian dari saya, terimakasih
1. Mengapa
kelompok memilih games yang demikian, jika dikaitkan dengan mata pelajaran
bahasa Inggris yang dipilih kelompok untuk diajarkan ke anak didik? Mengapa
menggunakan gambar saat menjalankan proses micro teaching?
Kelompok tidak mengaitkan pemberian games
dengan mata pelajaran bahasa Inggris yang diajarkan. Keduanya memiliki tujuan
masing-masing. Dimana, pemberian pelajaran bahasa Inggris sebagai upaya
pemberian tambahan belajar bahasa Inggris selain di sekolah. Selain itu, anak
didik lebih termotivasi belajar bahasa Inggris sebagai bahasa internasional.
Berbeda dengan tujuan belajar bahasa Inggris, games ini dipilih untuk melatih
kekompakan, bekerja dalam tim, dan kecepatan.
Walaupun ada 2 anak yang sudah duduk di kelas
1 SMP ikut serta dalam kegiatanmicroteaching ini, mereka tidak
merasa risih dengan metode penggunaan gambar saat pengajaran bahasa Inggris
berlangsung. Media gambar sebenarnya cocok untuk anak dari berbagai usia, tidak
hanya untuk anak usia dini saja. Mengajari kosakata bahasa Inggris melalui
media gambar, akan membantu murid untuk lebih mudah mengingat kosakata
tersebut. Misalnya kosakata ‘artist’, anak-anak sebagian besar akan
mengira bahwa artinya adalah artis/aktor, padahal arti sebenarnya adalah
seniman. Dengan adanya gambar seseorang yang berada di depan kanvas, yang
memegang kuas di satu tangan dan memegang piring cat di tangan satunya lagi,
akan semakin mempermudah anak-anak untuk mengingat arti dari kosakata tersebut,
karena otak kanan juga turut berperan di sini.
2. Pada tujuan
dari micro teaching disebutkan bahwa kelompok memotivasi
peserta untuk belajar bahasa inggris, apa realisasinya?
Pada praktiknya, kami memang tidak terlalu
memunculkan bagaimana kami memotivasi secara nyata. Namun, kelompok membuat
pelajaran bahasa Inggris tersebut menjadi sesuatu yang menarik sehingga mind
set mereka yang menganggap kalau Inggris itu tidak seru kita ubah
menjadi pikiran yang menganggap kalau bahasa Inggris merupakan pelajaran yang
menarik untuk dipelajari. Kemudian, untuk anak-anak yang mengganggap kalau
pelajaran bahasa Inggris adalah pelajaran yang terlalu mudah ataupun
menyepelekannya, kelompok berusaha mengubah pikiran tersebut bahwa ternyata
pelajaran bahwa pelajaran bahasa Inggris bukan pelajaran yang sekedar
mengetahui bahasa tanpa arti, atau mengetahui arti tanpa mengetahui
kata-katanya ketika dieja, bahkan dibutuhkan pemahaman yang mendalam sampai
kepada struktur dari sebuah kata, bagaimana cara mengeja, bagaimana ketika dibaca,
kemudian bagaimana bentuknya di dalam kehidupan nyata, sampai bagaimana kata
tersebut menjadi sebuah bagian dari kalimat sampai kepada bagian dari sebuah
percakapan (conversation). Ditambah lagi, kelompok juga memotivasi
peserta dengan terlebih dahulu menyampaikan apa cita-cita mereka dan sesekali
memberikan pujian terhadap cita-cita mereka tersebut.
3. Kelompok
memberi reward ekstra pada anak yang mau menjawab pertanyaan
namun memberinya juga pada anak yang tidak mau menjawab pertanyaan yang kelompoik
anggap itu sebagai cara untuk membujuk. Kenapa kelompok melakukannya? Bukankah
terkesan sama saja?
Kelompok melakukan itu dengan maksud
menunjukkan bahwa ini semua proses belajar yang dialami bersama. Peserta didik
juga tentunya ingin diperlakukan sama karena tidak semua anak berani tampil dan
kami mengerti itu. Namun kembali ke esensi dari microteaching ini
kalau kami hanya membiarkan anak itu terus berdiam diri tanpa mendapatkan
apa-apa, sama saja nol. Maka dari itu, kami berusaha membujuknya dengan cara
memberireward ekstra agar mereka semua bisa belajar bersama.
Pada mulanya, partisipan kegiatan ini berjumlah 8 orang. Sampai di tengah
pelajaran (sekitar 20 menit setelah pengajaran berlangsung), ada tambahan 3
orang partisipan lagi. Mereka agak telat bergabung karena harus latihan nyanyi
terlebih dulu di lantai atas. Kami meminta mereka untuk maju memperkenalkan
diri terlebih dahulu sebelum duduk. Awalnya mereka masih bingung pelajaran apa
yang sedang berlangsung. Tetapi tidak sampai 5 menit, mereka sudah mampu
beradaptasi dan ikut menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh
pengajar.
Kelompok tidak memperkirakan ternyata ada 2 partisipan yang sudah duduk di
kelas 1 SMP. Walaupun demikian, kami tetap berusaha untuk menyemangati mereka
agar turut aktif dalam kegiatan microteaching ini. Pendekatan
kepada mereka dilakukan secara lebih pribadi, misalnya salah seorang anggota
(yang tidak sedang mengajar di depan) mendekati mereka satu per satu dan
memberi mereka semangat untuk menjawab pertanyaan. Meskipun pada awalnya mereka
masih malu-malu, tapi dengan adanya motivasi yang terus menerus dari anggota,
akhirnya mereka berani juga untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini.
Guru ataupun
pengajar memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dan perlu diperhatikan
secara serius. Tidak hanya ilmu dan pengetahuan yang dilihat dan dipelajari
seorang murid terhadap gurunya, namun sikap dan moral juga akan dicontoh oleh
murid. Mengajar bukanlah suatu kegiatan yang mudah, hal ini memerlukan
pengetahuan dan praktik mengajar yang baik.
Ilmu
Paedagogi sangat diperlukan untuk menjadi pedoman dalam mengajar. Dalam
Paedagogi, mengajar bukan hanya sebatas memiliki ilmu dan menyampaikan ilmu
tersebut, namun terdapat seni Paedagogi untuk mengajar. Perlu diperhatikan juga
cara menyampaikan ilmu tersebut, interaksi, improvisasi, dan ekspresi. Intinya,
kegiatan pembelajaran sesungguhnya merupakan kombinasi antara ilmu dan seni.
Selain itu,
tidak hanya mempelajari teori Paedagogi, namun harus mengetahui dan mempelajari
praktik Paedagogi. Dengan kata lain, tidak sekadar harus dipahami, melainkan
juga mengetahui bagaimana cara mengaplikasikannya. Paedagogi dapat
memfasilitasi dan menjadi pedoman bagi calon guru dan juga guru ataupun
pengajar.
Hal ini
berhubungan dengan konsep micro teaching, dimana Micro berarti
kecil, terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik atau menajar. Micro Teaching
berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau
disederhanakan. Hal ini memberikan kesempatan bagi pengajar untuk melatih
kemampuan interaksi nya dengan murid dan juga sarana untuk mempersiapkan diri dalam
menghadapi pengajaran yang lebih kompleks yaitu kelas yang sebenarnya.
Disinilah kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu menjadi seni mengajar dan
mempraktikkan teori yang telah dipelajari.
Pelajaran
yang diajarkan dalam kegiatan micro teaching ini adalah bahasa
Inggris. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada zaman yang serba canggih ini, bahasa
Inggris merupakan salah satu bahasa yang sangat penting. Sebagian besar alat
elektronik seperti komputer, ipad, dan lain sebagainya juga
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa perangkatnya. Bahasa
Inggris adalah world language yang dapat digunakan hampir di
seluruh dunia. Sangat banyak keuntungan yang dapat diperoleh jika dapat
menguasai bahasa Inggris, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Termasuk
ketika searching di dunia maya, sangat banyak artikel, karya
ilmiah, ataupun hasil penelitian yang ditulis dalam bahasa Inggris yang dapat
menambah wawasan kita.
Anak-anak
diharapkan mempunyai kesempatan mempelajari bahasa internasional ini sejak
dini. Jika sejak kecil sudah dipelajari, maka akan menjadi bekal yang sangat
berguna baginya setelah dewasa. Oleh sebab itulah, pelajaran yang diberikan
dalam kegiatan micro teaching ini adalah bahasa Inggris.
Tingkat kesulitan yang diberikan juga disesuaikan dengan kemampuan mereka.
Tujuan pelaksanaan micro teaching ini salah satunya adalah
agar anak dapat lebih termotivasi lagi untuk belajar bahasa Inggris setelah
mereka mengetahui pentingnya bahasa Inggris untuk masa depan mereka.
Tujuan :
1. Agar
anak-anak mendapatkan vocabularies baru dalam bahasa Inggris
2. Anak-anak
diharapkan mampu serta berani tampil dan berbicara di depan kelas
3. Dari
kegiatan bermain game, diharapakan anak-anak mampu mencerna dan mengungkapkan
manfaat dari bermain game tersebut.
Manfaat :
1. Memberikan
materi tambahan pelajaran bahasa Inggris selain yang telah mereka dapatkan di
sekolah
2. Melatih
kekompakan dan bekerja sama dalam tim.
B.Landasan
Teori
- Paedagogi Praktis
Penting untuk
kita ketahui bahwa Paedagogi bukan hanya sekedar memahami pengertiannya, namun
juga bagaimana pengaplikasiannya. Hal inilah yang melahirkan apa yang
disebutkan sebagai Paedagogi Praktis. Salah satu fungsi penelitian paedagogis
adalah untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan,
membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi paedagogi. Tujuan ini
melahirkan paedagogi praktis.
The
application on our micro teaching activity
Kita semua
telah mengetahui bagaimana keberadaan paedagogi itu, sekarang tinggal bagaimana
kita mengaplikasikannya. Ada beberapa pengaplikasian berdasarkan unsur
paedagogis dalam kegiatan microteaching yang kami lakukan.
Sebagai contoh bagaimana kami sebagai tim pengajar membentuk sebuah konsep
mengajar kepada anak-anak agar mereka memahami materi ajar. Dalam hal ini, kami
mengadakan beberapa tahapan untuk dapat memahami beberapa pekerjaan dalam
bahasa Inggris. Kami memulai dengan:
1.Menunjukkan media ajar : Media ajar dalam artian kami sengaja
menyiapkan gambar pendukung. (cth: gambar seorang pilot kemudian
pada bagian bawah tertera bahasa Inggris dari Pilot yakni PILOT).
2.Memberikan contoh cara membaca : Kami kemudian membacakan dengan
jelas dan tegas bagaimana kata “PILOT” dalam bahasa Inggris dibacakan.
3.Mengajak peserta didik untuk mengulang bagaimana cara
membacakan kata “PILOT”
4.Meminta peserta didik untuk mengeja ke dalam bahasa Inggris.
Tahapan ini
kami lakukan karena penting untuk menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik,
agar tidak juga terlalu cepat dalam memberikan bahan ajar dan juga tidak
terlalu lambat sehingga peserta didik mampu memahami dan mengingat untuk
selanjutnya.
- Prinsip-prinsip
Proses Paedagogis
Beberapa
prinsip-prisip Paedagogis adalah:
1. Kesatuan
karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis (Addine, 2001), dalam
artian bahwa setiap proses paedagogis harus terstruktur. Seperti apa yang telah
kami lakukan, bahwa kami membagi proses mengajar kami menjadi 3 bagian yakni:
·Ice breaking
atau pengenalan
Dalam bagian
ini kami masing-masing sebagai pendidik memperkenalkan diri kemudian juga kami
meminta para peserta didik untuk memperkenalkan diri mereka. Kami juga
menanyakan bagaimana ketertarikan mereka terhadap pelajaran Bahasa Inggris,
bagaimana nilai yang mereka peroleh di sekolah untuk setiap mata pelajaran
Bahasa Inggris, dll. Hal ini kami lakukan tentunya dengan maksud agar antara
kami sebagai pengajar dan para peserta didik dimulai dengan sesuatu yang ringan
sehingga untuk proses selanjutnya akan menjadi lancar.
·Memasuki
materi ajar
Bagian yang
kedua ini sudah kami mulai dengan materi ajar. Dimana kami mulai dengan
menunjukkan media ajar (gambar), kami membacakanpronunciation atau bagaimana
cara pelafalan kata-kata dalam bahasa Inggris, kemudian meminta peserta didik
untuk mengeja, selanjutnya meminta mereka untuk menuliskan kalimat menggunakan
kata-kata yang sudah dipaparkan sebelumnya. Peserta didik yang aktif (yang
mampu menjawab, mau menulis kalimat di papan tulis) kami berikan bintang
sebagai penghargaan.
·Penutup
Pada bagian
ini kami mengadakan games, nah ini adalah hal yang paling dinantikan oleh
peserta didik kami. Games kami berikan untuk membukakan suatu pelajaran bagi
mereka. Pada akhir dari games, kami meminta beberapa anak untuk memberikan
pendapat mereka mengenai pelajaran apa yang mereka dapatkan melalui games yang
kami berikan (dalam hal ini games yang kami berikan adalah estafet karet) dan
para peserta didik banyak memberikan pendapat dimana games ini mengajarkan
mereka untuk mengontrol emosi mereka, mengikat kebersamaan, kesabaran, dsb
hingga pada bagian akhir kami mengucapkan terima kasih atas partisipasi para
peserta didik pada hari itu.
2. Adanya
kekhususan atau karakteristik yang berbeda pada setiap anggota yang memiliki
hak untuk dipertimbangkan dan dihormati
Dalam proses
micro teaching yang kami lakukan, terdapat beberapa anak yang sangat aktif dan
bahkan ada yang sangat pemalu. Kami tentunya berusaha untuk memberikan
taktik-taktik tertentu. Misalkan untuk anak yang sangat aktif, kami tidak
menutup kesempatan untuk mereka mengutarakan jawaban atau komentar mereka namun
pada sesi yang lain kami juga membatasi si penjawab dengan maksud agar anak
lain yang belum menjawab juga mempunyai kesempatan untuk menjawab. Sedangkan
untuk anak yang sangat pemalu, kami secara khusus sering menyebut nama mereka
untuk menjawab atau sekedar memberikan komentar, terkadang kami juga perlu
usaha yang extra untuk meminta mereka menjawab seperti
membujuk mereka, mendekati kursi mereka dan meminta mereka menjawab, atau
sekedar membisikkan kepada mereka kata-kata semangat kalau mereka juga mampu
seperti anak-anak lain untuk menjawab pertanyaan tersebut.
3. Istilah
pendidik dan pengajar tidak dapat dipertukarkan tetapi saling melengkapi
Prinsip ini
mengarah kepada pengertian bahwa ketika seseorang menempuh pendidikan, maka ia
harus menjalani proses pembelajaran yang baik.
4. Proses
paedagogis menggamit prinsip bahwa domain kognitif dan afektif tidak bisa
berada dalam suasana yang kering
Hal ini
berarti bahwa proses paedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan
hubungan antara kondisi manusia. Jadi seorang peserta didik mungkin saja
mempunyai pemahaman sendiri bagaimana dunia di sekitarnya dan dunianya sendiri
sehingga pemahaman inilah yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana mereka
bertindak serta merasakan sesuatu.
5.
Masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi dan kepribadian saling terkait
satu sama lain.
-Paradigma
Belajar
Paradigma
adalah cara yang diterima untuk melihat dunia, yang tumbuh dari
pertanyaan-pertanyaan , pengamatan, dan analisis dari berbagai bentuk usaha
ilmiah. Paradigma guru yang berbeda-beda membuat strategi yang dibuat oleh guru
juga berbeda. Pembelajaran akan menjadi lebih efektif ketika guru telah
benar-benar memahami proses belajar oleh murid dan guru telah mempersiapkan
strategi dalam mengajar. Lima strategi mengajar yaitu:
1.Pelatihan dan
pelatihan lanjut
Yaitu
mengembangkan keterampilan dasar dan lanjutan dengan tujuan yang jelas dan
melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah tertentu yang telah disusun.
2.Ceramah dan
menjelaskan
Yaitu
mengajar murid dengan cara yang mudah dipahami dan diingat oleh murid.
3.Mencari dan
menemukan
Yaitu
keterampilan berpikir dan berusaha untuk melakukan pemecahan masalah secara
kreatif.
4.Kelompok dan
tim
Yaitu antara
anggota saling berbagi informasi dan bekerja sama dengan baik.
5.Pengalaman
dan refleksi
Yaitu mendorong
siswa mengaplikasikan pelajaran yang telah didapatkan dalam lingkungan
sehari-hari.
Kelima
strategi tersebut berguna untuk mengorganisasi kegiatan pembelajaran. Melalui
strategi ini, diharapkan guru dapat menjadi lebih efektif lagi dalam melaksanakan
tugasnya
Penerapan:
1. Pengajar yang mengajarkan bahasa Inggris harus terlebih dulu
menguasai bahasa Inggris, kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan bahan yang
sesuai untuk anak-anak yang akan diajar. Bahan yang diajarkan juga disusun
secara sistematis, mulai dari membaca vocabulary (kosakata), spelling
(mengeja), memberitahu meaning (arti), serta penerapannya dalam sentence
(kalimat).
2.Pengajar menjelaskan sesuai urutan dan murid juga diajari cara
mengingat dengan mudah. Misalnya, artist (seniman) berasal dari kata
dasar art yang artinya seni.
3.Murid diminta untuk mencari kata dasar lainnya yang dapat
dijadikan occupation (pekerjaan), misalnya kata teach (mengajar)
ditambahkan akhiran “er”, menjadi teacher (guru). Setelah bermain game
murid diminta untuk mengutarakan apa yang dapat dipelajari dari permainan
tersebut, dengan tujuan mengembangkan keterampilan berpikir murid 4. Antara pengajar yang satu dengan lainnya saling berkoordinasi
dengan baik sehingga masing-masing sudah mengetahui kapan gilirannya untuk maju
ke depan.
5.Siswa dimotivasi untuk menggunakan kosakata yang telah dipelajari
ketika ngobrol dengan temannya.
C.Alat
dan Bahan
Dalam
melakukan microteaching ini, adapun alat dan bahan yang kami perlukan yaitu :
1.Gambar (alat peraga)
2.White Board dan Spidol
3.Kamera digital
4.Sedotan
5.Karet gelang
6.Bintang dari kertas
7.Beberapa hadiah (reward)
D.Peserta
Yang akan
menjadi peserta dalam kegiatan microteaching ini adalah
anak-anak sekolah minggu di Gereja Katolik Santa Maria Ratu Rosario (Jl. Binjai
Km 8,5), yang berjumlah 10 anak.
E.
Jadwal Kegiatan
F.
Biaya yang Dikeluarkan
Reward
Bolu
Laminating
Tissue
Rp. 13.500,-
Rp. 32.000,-
Rp. 35.000,-
Rp. 2.750,-
Total
Rp. 83.250,-
G. Laporan
Microteaching
yang telah dilaksanakan oleh kelompok kami berjalan lancar. Mulai dari
perancanaan hingga pelaksanaan. Adapun hasil yang dapat kami sampaikan selama
microteaching adalah anak-anak merupakan individu yang sangat pemalu ketika
bertemu dengan orang yang baru ia kenal. Namun setelah saling mengenal beberapa
saat mereka akan sangat bersemangat dan enerjik. Seperti yang kami alami ketika
melaksanakan microteaching, pada awalnya untuk meminta mereka mengenalkan diri
di depan kelas saja sangat sulit. Namun kami terus berusaha mendekatkan diri
dengan mereka dengan melakukan icebreaking di awal pertemuan agar suasana
mencair seperti bernyanyi bersama, menanyakan latar belakang pendidikan mereka,
sudah sampai mana mereka mempelajari bahasa Inggris karena itu merupakan bahan
ajar kami selama microteaching.
Setelah
melakukan icebreaking, kami mulai memasuki sesi belajar. Mereka mulai
bersemangat merespon kami. Setiap ada pertanyaan mereka berebut menjawabnya
walaupun masih ada beberapa yang masih malu-malu. Kemudian kami mulai memancing
semangat mereka lagi dengan memberikan reward setiap jawaban pertanyaan benar
atau berani mempraktekkan percakapan bahasa Inggris di depan kelas.
Selesai sesi
belajar, kami memasuki sesi akhir yaitu game. Sepertinya ini merupakan sesi
favorit mereka dan yang paling ditunggu-tunggu. Mereka sangat bersemangat
hingga kelas menjadi kurang kondusif pada awal sesi ini. Namun kami berhasil
menanganinya hingga game ini berjalan mulus dan menyenangkan.
Akhirnya
micro teaching pun selesai. Kami memberikan reward seadanya pada adik-adik
peserta microteaching sebagai rasa terima kasih kami pada mereka yang telah mau
meluangkan waktu untuk bersedia menjadi peserta microteaching ini. Kemudian
ditutup dengan salam-salaman.
Dari
praktiknya, kami telah mencoba melakukan pedagogi praktis yang menjadi salah
satu dasar kami dalam melakukan microteaching ini. Kemudian kami melakukan
beberapa prinsip pedagogis seperti membuat materi yang terstruktur mulai dari
pengenalan hingga akhir sesi yang berhubungan dengan bahasa Inggris. Kami juga
telah berusaha menjadi komunikator yang baik agar peserta dapat mengerti dan
mengikuti microteaching sesuai dengan apa yang diharapkan jika dihubungkan
dengan landasan teori yang digunakan.
H. Evaluasi
Dari
perencanaan hingga pelaksanaan microteaching ini memang ada banyak yang tidak
sesuai harapan. Seperti pelaksanaan yang telah direncanakan dilakukan di minggu
pertama april harus bergeser ke minggu ketiga april tepatnya seusai ujian
tengah semester. Ini terjadi karena anggota kelompok sibuk dengan persiapan
menghadapi ujian hingga kami sepakat melakukan pelaksanaan seusai ujian. Karena
pengunduran pelaksanaan, berimbas juga pada pengolahan hasil microteaching,
edit video, dan lain-lain. selain itu, peserta didik pada awalnya adalah siswa
tk menjadi anak sekolah minggu salah seorang anggota kelompok. Pertukaran
terjadi karena sudah adanya kepastian dari anak-anak sekolah Minggu ini,
sehingga kami tidak perlu membuatkan surat izin lagi dari kampus. Tapi dari
pelaksanaannya tidak ada kendala yang menghambat prosesnya seperti yang telah
dikemukakan pada bagian Laporan. Berikut ini adalah perubahan jadwal yang
terjadi dalam pelaksanaan.
No.
Kegiatan
Waktu
1.
Diskusi Perencanaan
2 April 2012
2.
Revisi Perencanaan
9 April 2012
3.
Microteaching
20 April 2012
4.
Posting Hasil
30 April 2012
I.
Testimoni
Dede
Suhendri
Seru dan
melelahkan! Seru mengajar anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Anak-anak yang
kami ajarkan juga aktif, sehingga proses belajar mengajar pun sangat
menyenangkan. Memberi reward jika menjawab dengan baik dan benar, bernyanyi,
bermain games, seru deh pokoknya. Melelahkan, karena perjalanan jauh,
mempersiapkan apa yang perlu dipersiapkan, ngajarnya sore hari, pulang malam
hari. Hehehe..
Yoseva
Okta Marini
Menurut saya
, kegiatan microteaching ini sangat menantang dan menyenangkan pastinya. Adapun
yang menjadi partisipannya adalah anak sekolah minggu digereja saya dimana saya
yang menjadi pembina mereka. Jadi mereka sudah akrab tentunya dengan saya, dan
saat belajar pun mereka tidak terlalu kaku dan tegang. It’s Fun
Vera
Gandhi
Kalau tidak
ada kegiatan micro teaching, sepertinya aku akan melewati mata kuliah paedagogi
ini dengan hanya teori saja yang terisi di kepala, yang mungkin juga akan
kulupakan di semester berikutnya. Hehe.. Melakukan kegiatan ini memberikan
kesempatan kepada kami untuk membuat teori yang telah dipelajari menjadi
berguna. Esensi ketika teori tersebut hanya dibaca saja dengan saat teori
tersebut akan diaplikasikan, terasa sangat berbeda. Pada awalnya terasa sedikit
sulit mencari cara bagaimana menerapkannya, apalagi ada beberapa bagian dari
teori yang agak susah dimengerti. Tetapi dengan adanya diskusi kelompok dan
setiap orang berusaha menyumbangkan ide-idenya, akhirnya kami dapat
merampungkan aktivitas ini dengan sukses. =D
Reza Indah
Pribadi
Banyak hal
yang saya rasakan ketika melakukan microteaching ini. Mulai dari perencanaan
konsep yang harus dibuat dengan hati-hati hingga pelaksanaan yang melelahkan
namun seru. Perencanaan kami lakukan dengan penuh pertimbangan agar tetap dapat
dilakukan dalam konteks teori dalam pedagogi. Tidak sembarangan, begitulah
singkatnya. Merencanakan semuanya mulai dari siapa yang akan diajar, konsep,
jadwal, urutan teaching, apa yang akan diajarkan, reward yang diberikan, dan
lain sebagainya. Itu semua dilakukan dalam diskusi berkali-kali. Bagian
pelaksanaan merupakan bagian yang paling dinanti tentunya. Ada sekitar 10 orang
anak dengan latar belakang pendidikan mulai dari sd hingga smp. Tentunya ada
banyak juga sifat-sifat mereka yang harus dihadapi selama proses pengajaran.
Ada yang pemalu, nakal, cerewet, dan berani. Sudah menjadi tugas kami untuk
dapat mengajar dan mengaplikasikan teori pedagogi dalam keberagaman tersebut.
Itulah yang menjadikannya menarik dan tidak membosankan. Ketika menghadapi anak
pemalu kami harus bisa memotivaisnya untuk berani tampil ketika diminta atau
hanya sekedar memberi pendapatnya. Untuk anak yang cerewet dan berani kami
berusaha memberi kesempatan untuknya mengeluarkan sifatnya itu seperti
memintanya bercerita di kelas. Walaupun pada awalnya suasana masih kaku, kami
berusaha mengadakan ice breaking agar mereka merasa nyaman selama proses
microteaching berlangsung. Akhirnya mereka merasa cukup nyaman dan aktif
sehingga membuat kelas tidak membosankan dan menarik untuk diajari.
Olga
Septania
Microteaching
yang kita adakan kemarin merupakan kegiatan yang sangat menarik. Awalnya saya
berpikir kalau kegiatan ini akan sangat mudah untuk dijalankan, ternyata pada
kenyataanya berjalan sedikit kompleks. Kemarin kami mengajar sekita 10-12 orang
anak-anak dari kelas 1 SD-1SMP. Begitu banyak jenis kepribadian anak-anak yang
kami ajar, mulai dari yang sangat berani sampai kepada anak yang sangat pemalu.
Ada yang sangat suka untuk menjawab pertanyaan (kalau perlu semua pertanyaan
ingin dijawabnya) tetapi ada yang lebih memilih untuk duduk diam sambil terpaku
dengan penjelasan kami. Kegiatan microteaching ini merupakan kegiatan yang
sangat menantang, kami ditantang untuk menjadi pengajar yang mengerti bahan
ajar dan bagaimana kami mentransformasikan ilmu kepada peserta didik. Kami
ditantang juga untuk dapat berimprovisasi saat berada di kelas, ada kalanya
peserta didik ingin diberikan stimulus yang lain (lain dari yang kami ajarkan)
sehingga kami perlu memikirkan stimulus lain agar mereka merespon. Kegiatan
kemarin sangat melatih kami menjadi pengajar yang bijak, kami berusaha untuk
tetap terstruktur juga harus berusaha agar tetap fleksibel dengan keadaan
kelas. Kegiatan yang sudah kami rencanakan dari awal hingga akhir berjalan
cukup lancar, tidak banyak hambatan yang membuat kami putus asa. Overall saya
sangat beruntung pernah menjadi bagian dari kegiatan microteaching ini, saya
belajar bahwa dalam mentransformasikan sebuah ilmu tidak diharuskan untuk
menjalani suatu proses yang sangat kompleks dan menyulitkan tetapi cukup dengan
cara yang sederhana namun tujuan yang tercapai yakni agar peserta didik
mengerti dengan bahan ajar namun walaupun kemasan atau proses pengajaran yang
sederhana.
Rosa
Mentari Putri
3 kata yang
bisa menggambarkan kegiatan micro teaching yang telah dilakukan
kemarin : pengalaman, tantangan, dan pembelajaran. Hal ini tentu saja menjadi
pengalaman yang sangat sangat sangat berharga untuk saya. Kegiatan ini adalah
pengalaman pertama saya dalam mengajar secara formal walaupun tetap dalam
suasana santai. Hal ini juga menjadi tantangan dalam menaklukan hati anak-anak
yang beraneka ragam, ada yang manis, pintar, aktif, maupun pasif. Tantangan
dalam mencari cara agar mereka lebih aktif dan dapat menerima pelajaran dengan
baik. Dan hal ini menjadi pembelajaran agar ketika mengajar dilain waktu
menjadi lebih baik, dan telah mengantongi beberapa taktik mengajar yang
sepertinya disukai anak-anak. Hehehe.
Guru ataupun pengajar memiliki tugas dan
tanggung jawab yang besar dan perlu diperhatikan secara serius. Tidak
hanya ilmu dan pengetahuan yang dilihat dan dipelajari seorang murid
terhadap gurunya, namun sikap dan moral juga akan dicontoh oleh murid.
Mengajar bukanlah suatu kegiatan yang mudah, hal ini memerlukan
pengetahuan dan praktik mengajar yang baik.
Ilmu Paedagogi sangat diperlukan untuk
menjadi pedoman dalam mengajar. Dalam Paedagogi, mengajar bukan hanya
sebatas memiliki ilmu dan menyampaikan ilmu tersebut, namun terdapat
seni Paedagogi untuk mengajar. Perlu diperhatikan juga cara menyampaikan
ilmu tersebut, interaksi, improvisasi, dan ekspresi. Intinya, kegiatan
pembelajaran sesungguhnya merupakan kombinasi antara ilmu dan seni.
Selain itu, tidak hanya mempelajari teori
Paedagogi, namun harus mengetahui dan mempelajari praktik Paedagogi.
Dengan kata lain, tidak sekadar harus dipahami, melainkan juga
mengetahui bagaimana cara mengaplikasikannya. Paedagogi dapat
memfasilitasi dan menjadi pedoman bagi calon guru dan juga guru ataupun
pengajar.
Hal ini berhubungan dengan konsep micro teaching,
dimana Micro berarti kecil, terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik
atau menajar. Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana
segalanya diperkecil atau disederhanakan. Hal ini memberikan kesempatan
bagi pengajar untuk melatih kemampuan interaksi nya dengan murid dan
juga sarana untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pengajaran yang
lebih kompleks yaitu kelas yang sebenarnya. Disinilah kesempatan untuk
mengaplikasikan ilmu menjadi seni mengajar dan mempraktikkan teori yang
telah dipelajari.
Pelajaran yang diajarkan dalam kegiatan micro teaching ini
adalah bahasa Inggris. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada zaman yang
serba canggih ini, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang
sangat penting. Sebagian besar alat elektronik seperti komputer, ipad, dan lain sebagainya juga menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa perangkatnya. Bahasa Inggris adalah world language yang
dapat digunakan hampir di seluruh dunia. Sangat banyak keuntungan yang
dapat diperoleh jika dapat menguasai bahasa Inggris, terutama dalam
bidang ilmu pengetahuan. Termasuk ketika searching di dunia
maya, sangat banyak artikel, karya ilmiah, ataupun hasil penelitian yang
ditulis dalam bahasa Inggris yang dapat menambah wawasan kita.
Anak-anak diharapkan mempunyai kesempatan
mempelajari bahasa internasional ini sejak dini. Jika sejak kecil sudah
dipelajari, maka akan menjadi bekal yang sangat berguna baginya setelah
dewasa. Oleh sebab itulah, pelajaran yang diberikan dalam kegiatan micro teaching ini adalah bahasa Inggris. Tingkat kesulitan yang diberikan juga disesuaikan dengan kemampuan mereka. Tujuan pelaksanaan micro teaching ini
salah satunya adalah agar anak dapat lebih termotivasi lagi untuk
belajar bahasa Inggris setelah mereka mengetahui pentingnya bahasa
Inggris untuk masa depan mereka.
B.Landasan Teori
- Paedagogi praktis
Penting untuk kita ketahui bahwa
Paedagogi bukan hanya sekedar memahami pengertiannya, namun juga
bagaimana pengaplikasiannya. Hal inilah yang melahirkan apa yang
disebutkan sebagai Paedagogi Praktis. Salah satu fungsi penelitian
paedagogis adalah untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami,
menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi
paedagogi. Tujuan ini melahirkan paedagogi praktis.
The application on our micro teaching activity
Kita semua telah mengetahui bagaimana
keberadaan paedagogi itu, sekarang tinggal bagaimana kita
mengaplikasikannya. Ada beberapa pengaplikasian berdasarkan unsur
paedagogis dalam kegiatan microteaching yang kami lakukan.
Sebagai contoh bagaimana kami sebagai tim pengajar membentuk sebuah
konsep mengajar kepada anak-anak agar mereka memahami materi ajar. Dalam
hal ini, kami mengadakan beberapa tahapan untuk dapat memahami beberapa
pekerjaan dalam bahasa Inggris. Kami memulai dengan:
Menunjukkan media ajar : Media ajar dalam artian kami sengaja
menyiapkan gambar pendukung. (cth: gambar seorang pilot kemudian pada
bagian bawah tertera bahasa Inggris dari Pilot yakni PILOT).
Memberikan contoh cara membaca : Kami kemudian membacakan dengan
jelas dan tegas bagaimana kata “PILOT” dalam bahasa Inggris dibacakan.
Mengajak peserta didik untuk mengulang bagaimana cara membacakan kata “PILOT”
Meminta peserta didik untuk mengeja ke dalam bahasa Inggris.
Tahapan ini kami lakukan karena penting
untuk menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik, agar tidak juga
terlalu cepat dalam memberikan bahan ajar dan juga tidak terlalu lambat
sehingga peserta didik mampu memahami dan mengingat untuk selanjutnya.
- Prinsip-prinsip Proses Paedagogis
Beberapa prinsip-prisip Paedagogis adalah:
1. Kesatuan karakter ilmiah dan ideologis
dari proses paedagogis (Addine, 2001), dalam artian bahwa setiap proses
paedagogis harus terstruktur. Seperti apa yang telah kami lakukan,
bahwa kami membagi proses mengajar kami menjadi 3 bagian yakni:
Ice breaking atau pengenalan
Dalam bagian ini kami masing-masing
sebagai pendidik memperkenalkan diri kemudian juga kami meminta para
peserta didik untuk memperkenalkan diri mereka. Kami juga menanyakan
bagaimana ketertarikan mereka terhadap pelajaran Bahasa Inggris,
bagaimana nilai yang mereka peroleh di sekolah untuk setiap mata
pelajaran Bahasa Inggris, dll. Hal ini kami lakukan tentunya dengan
maksud agar antara kami sebagai pengajar dan para peserta didik dimulai
dengan sesuatu yang ringan sehingga untuk proses selanjutnya akan
menjadi lancar.
Memasuki materi ajar
Bagian yang kedua ini sudah kami mulai
dengan materi ajar. Dimana kami mulai dengan menunjukkan media ajar
(gambar), kami membacakanpronunciation atau bagaimana cara
pelafalan kata-kata dalam bahasa Inggris, kemudian meminta peserta didik
untuk mengeja, selanjutnya meminta mereka untuk menuliskan kalimat
menggunakan kata-kata yang sudah dipaparkan sebelumnya. Peserta didik
yang aktif (yang mampu menjawab, mau menulis kalimat di papan tulis)
kami berikan bintang sebagai penghargaan.
Penutup
Pada bagian ini kami mengadakan games,
nah ini adalah hal yang paling dinantikan oleh peserta didik kami. Games
kami berikan untuk membukakan suatu pelajaran bagi mereka. Pada akhir
dari games, kami meminta beberapa anak untuk memberikan pendapat mereka
mengenai pelajaran apa yang mereka dapatkan melalui games yang kami
berikan (dalam hal ini games yang kami berikan adalah estafet karet) dan
para peserta didik banyak memberikan pendapat dimana games ini
mengajarkan mereka untuk mengontrol emosi mereka, mengikat kebersamaan,
kesabaran, dsb hingga pada bagian akhir kami mengucapkan terima kasih
atas partisipasi para peserta didik pada hari itu.
2. Adanya kekhususan atau karakteristik yang berbeda pada setiap anggota yang memiliki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati
Dalam proses micro teaching yang kami
lakukan, terdapat beberapa anak yang sangat aktif dan bahkan ada yang
sangat pemalu. Kami tentunya berusaha untuk memberikan taktik-taktik
tertentu. Misalkan untuk anak yang sangat aktif, kami tidak menutup
kesempatan untuk mereka mengutarakan jawaban atau komentar mereka namun
pada sesi yang lain kami juga membatasi si penjawab dengan maksud agar
anak lain yang belum menjawab juga mempunyai kesempatan untuk menjawab.
Sedangkan untuk anak yang sangat pemalu, kami secara khusus sering
menyebut nama mereka untuk menjawab atau sekedar memberikan komentar,
terkadang kami juga perlu usaha yang extra untuk meminta mereka
menjawab seperti membujuk mereka, mendekati kursi mereka dan meminta
mereka menjawab, atau sekedar membisikkan kepada mereka kata-kata
semangat kalau mereka juga mampu seperti anak-anak lain untuk menjawab
pertanyaan tersebut.
3. Istilah pendidik dan pengajar tidak dapat dipertukarkan tetapi saling melengkapi
Prinsip ini mengarah kepada pengertian
bahwa ketika seseorang menempuh pendidikan, maka ia harus menjalani
proses pembelajaran yang baik.
4. Proses paedagogis menggamit prinsip bahwa domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering
Hal ini berarti bahwa proses paedagogis
harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi
manusia. Jadi seorang peserta didik mungkin saja mempunyai pemahaman
sendiri bagaimana dunia di sekitarnya dan dunianya sendiri sehingga
pemahaman inilah yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana mereka
bertindak serta merasakan sesuatu.
5. Masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi dan kepribadian saling terkait satu sama lain.
C.Alat dan Bahan
Dalam melakukan microteaching ini, adapun alat dan bahan yang kami perlukan yaitu :
Gambar (alat peraga)
White Board dan Spidol
Kamera digital
Sedotan
Karet gelang
Bintang dari kertas
Beberapa hadiah (reward)
D.Peserta
Yang akan menjadi peserta dalam kegiatan microteaching ini adalah anak-anak sekolah minggu di Gereja Katolik Santa Maria Ratu Rosario (Jl. Binjai Km 8,5), yang berjumlah 10 anak.
Microteaching yang telah dilaksanakan
oleh kelompok kami berjalan lancar. Mulai dari perancanaan hingga
pelaksanaan. Adapun hasil yang dapat kami sampaikan selama microteaching
adalah anak-anak merupakan individu yang sangat pemalu ketika bertemu
dengan orang yang baru ia kenal. Namun setelah saling mengenal beberapa
saat mereka akan sangat bersemangat dan enerjik. Seperti yang kami alami
ketika melaksanakan microteaching, pada awalnya untuk meminta mereka
mengenalkan diri di depan kelas saja sangat sulit. Namun kami terus
berusaha mendekatkan diri dengan mereka dengan melakukan icebreaking di
awal pertemuan agar suasana mencair seperti bernyanyi bersama,
menanyakan latar belakang pendidikan mereka, sudah sampai mana mereka
mempelajari bahasa Inggris karena itu merupakan bahan ajar kami selama
microteaching.
Setelah melakukan icebreaking, kami mulai
memasuki sesi belajar. Mereka mulai bersemangat merespon kami. Setiap
ada pertanyaan mereka berebut menjawabnya walaupun masih ada beberapa
yang masih malu-malu. Kemudian kami mulai memancing semangat mereka lagi
dengan memberikan reward setiap jawaban pertanyaan benar atau berani
mempraktekkan percakapan bahasa Inggris di depan kelas.
Selesai sesi belajar, kami memasuki sesi
akhir yaitu game. Sepertinya ini merupakan sesi favorit mereka dan yang
paling ditunggu-tunggu. Mereka sangat bersemangat hingga kelas menjadi
kurang kondusif pada awal sesi ini. Namun kami berhasil menanganinya
hingga game ini berjalan mulus dan menyenangkan.
Akhirnya micro teaching pun selesai. Kami
memberikan reward seadanya pada adik-adik peserta microteaching sebagai
rasa terima kasih kami pada mereka yang telah mau meluangkan waktu
untuk bersedia menjadi peserta microteaching ini. Kemudian ditutup
dengan salam-salaman.
Dari praktiknya, kami telah mencoba
melakukan pedagogi praktis yang menjadi salah satu dasar kami dalam
melakukan microteaching ini. Kemudian kami melakukan beberapa prinsip
pedagogis seperti membuat materi yang terstruktur mulai dari pengenalan
hingga akhir sesi yang berhubungan dengan bahasa Inggris. Kami juga
telah berusaha menjadi komunikator yang baik agar peserta dapat mengerti
dan mengikuti microteaching sesuai dengan apa yang diharapkan jika
dihubungkan dengan landasan teori yang digunakan.
H. Evaluasi
Dari perencanaan hingga pelaksanaan
microteaching ini memang ada banyak yang tidak sesuai harapan. Seperti
pelaksanaan yang telah direncanakan dilakukan di minggu pertama april
harus bergeser ke minggu ketiga april tepatnya seusai ujian tengah
semester. Ini terjadi karena anggota kelompok sibuk dengan persiapan
menghadapi ujian hingga kami sepakat melakukan pelaksanaan seusai ujian.
Karena pengunduran pelaksanaan, berimbas juga pada pengolahan hasil
microteaching, edit video, dan lain-lain. selain itu, peserta didik pada
awalnya adalah siswa tk menjadi anak sekolah minggu salah seorang
anggota kelompok. Pertukaran terjadi karena sudah adanya kepastian dari
anak-anak sekolah Minggu ini, sehingga kami tidak perlu membuatkan surat
izin lagi dari kampus. Tapi dari pelaksanaannya tidak ada kendala yang
menghambat prosesnya seperti yang telah dikemukakan pada bagian Laporan.
I. Testimoni
Dede Suhendri
Seru dan melelahkan! Seru mengajar
anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Anak-anak yang kami ajarkan juga
aktif, sehingga proses belajar mengajar pun sangat menyenangkan. Memberi
reward jika menjawab dengan baik dan benar, bernyanyi, bermain games,
seru deh pokoknya. Melelahkan, karena perjalanan jauh, mempersiapkan apa
yang perlu dipersiapkan, ngajarnya sore hari, pulang malam hari.
Hehehe..
Yoseva Okta Marini
Menurut saya , kegiatan microteaching ini
sangat menantang dan menyenangkan pastinya. Adapun yang menjadi
partisipannya adalah anak sekolah minggu digereja saya dimana saya yang
menjadi pembina mereka. Jadi mereka sudah akrab tentunya dengan saya,
dan saat belajar pun mereka tidak terlalu kaku dan tegang. It’s Fun
Vera Gandhi
Kalau tidak ada kegiatan micro teaching,
sepertinya aku akan melewati mata kuliah paedagogi ini dengan hanya
teori saja yang terisi di kepala, yang mungkin juga akan kulupakan di
semester berikutnya. Hehe.. Melakukan kegiatan ini memberikan kesempatan
kepada kami untuk membuat teori yang telah dipelajari menjadi berguna.
Esensi ketika teori tersebut hanya dibaca saja dengan saat teori
tersebut akan diaplikasikan, terasa sangat berbeda. Pada awalnya terasa
sedikit sulit mencari cara bagaimana menerapkannya, apalagi ada beberapa
bagian dari teori yang agak susah dimengerti. Tetapi dengan adanya
diskusi kelompok dan setiap orang berusaha menyumbangkan ide-idenya,
akhirnya kami dapat merampungkan aktivitas ini dengan sukses. =D
Reza Indah Pribadi
Banyak hal yang saya rasakan ketika
melakukan microteaching ini. Mulai dari perencanaan konsep yang harus
dibuat dengan hati-hati hingga pelaksanaan yang melelahkan namun seru.
Perencanaan kami lakukan dengan penuh pertimbangan agar tetap dapat
dilakukan dalam konteks teori dalam pedagogi. Tidak sembarangan,
begitulah singkatnya. Merencanakan semuanya mulai dari siapa yang akan
diajar, konsep, jadwal, urutan teaching, apa yang akan diajarkan, reward
yang diberikan, dan lain sebagainya. Itu semua dilakukan dalam diskusi
berkali-kali. Bagian pelaksanaan merupakan bagian yang paling dinanti
tentunya. Ada sekitar 10 orang anak dengan latar belakang pendidikan
mulai dari sd hingga smp. Tentunya ada banyak juga sifat-sifat mereka
yang harus dihadapi selama proses pengajaran. Ada yang pemalu, nakal,
cerewet, dan berani. Sudah menjadi tugas kami untuk dapat mengajar dan
mengaplikasikan teori pedagogi dalam keberagaman tersebut. Itulah yang
menjadikannya menarik dan tidak membosankan. Ketika menghadapi anak
pemalu kami harus bisa memotivaisnya untuk berani tampil ketika diminta
atau hanya sekedar memberi pendapatnya. Untuk anak yang cerewet dan
berani kami berusaha memberi kesempatan untuknya mengeluarkan sifatnya
itu seperti memintanya bercerita di kelas. Walaupun pada awalnya suasana
masih kaku, kami berusaha mengadakan ice breaking agar mereka merasa
nyaman selama proses microteaching berlangsung. Akhirnya mereka merasa
cukup nyaman dan aktif sehingga membuat kelas tidak membosankan dan
menarik untuk diajari.
Olga Septania
Microteaching yang kita adakan kemarin
merupakan kegiatan yang sangat menarik. Awalnya saya berpikir kalau
kegiatan ini akan sangat mudah untuk dijalankan, ternyata pada
kenyataanya berjalan sedikit kompleks. Kemarin kami mengajar sekita
10-12 orang anak-anak dari kelas 1 SD-1SMP. Begitu banyak jenis
kepribadian anak-anak yang kami ajar, mulai dari yang sangat berani
sampai kepada anak yang sangat pemalu. Ada yang sangat suka untuk
menjawab pertanyaan (kalau perlu semua pertanyaan ingin dijawabnya)
tetapi ada yang lebih memilih untuk duduk diam sambil terpaku dengan
penjelasan kami. Kegiatan microteaching ini merupakan kegiatan yang
sangat menantang, kami ditantang untuk menjadi pengajar yang mengerti
bahan ajar dan bagaimana kami mentransformasikan ilmu kepada peserta
didik. Kami ditantang juga untuk dapat berimprovisasi saat berada di
kelas, ada kalanya peserta didik ingin diberikan stimulus yang lain
(lain dari yang kami ajarkan) sehingga kami perlu memikirkan stimulus
lain agar mereka merespon. Kegiatan kemarin sangat melatih kami menjadi
pengajar yang bijak, kami berusaha untuk tetap terstruktur juga harus
berusaha agar tetap fleksibel dengan keadaan kelas. Kegiatan yang sudah
kami rencanakan dari awal hingga akhir berjalan cukup lancar, tidak
banyak hambatan yang membuat kami putus asa. Overall saya sangat
beruntung pernah menjadi bagian dari kegiatan microteaching ini, saya
belajar bahwa dalam mentransformasikan sebuah ilmu tidak diharuskan
untuk menjalani suatu proses yang sangat kompleks dan menyulitkan tetapi
cukup dengan cara yang sederhana namun tujuan yang tercapai yakni agar
peserta didik mengerti dengan bahan ajar namun walaupun kemasan atau
proses pengajaran yang sederhana.
Rosa Mentari Putri
3 kata yang bisa menggambarkan kegiatan micro teaching yang
telah dilakukan kemarin : pengalaman, tantangan, dan pembelajaran. Hal
ini tentu saja menjadi pengalaman yang sangat sangat sangat berharga
untuk saya. Kegiatan ini adalah pengalaman pertama saya dalam mengajar
secara formal walaupun tetap dalam suasana santai. Hal ini juga menjadi
tantangan dalam menaklukan hati anak-anak yang beraneka ragam, ada yang
manis, pintar, aktif, maupun pasif. Tantangan dalam mencari cara agar
mereka lebih aktif dan dapat menerima pelajaran dengan baik. Dan hal ini
menjadi pembelajaran agar ketika mengajar dilain waktu menjadi lebih
baik, dan telah mengantongi beberapa taktik mengajar yang sepertinya
disukai anak-anak. Hehehe.